Menurut laporan PISA 2015, program yang mengurutkan kualitas sistem pendidikan di 72 negara, Indonesia menduduki peringkat 62. Dua tahun sebelumnya (PISA 2013), Indonesia menduduki peringkat kedua dari bawah atau peringkat 71.
PISA membuat peringkat tersebut dengan cara menguji pelajar usia 15 tahun untuk mengetahui apakah mereka memiliki kemampuan dan pengetahuan yang diperlukan agar bisa berpartisipasi penuh dalam masyarakat modern. PISA berlandaskan asumsi bahwa seseorang bisa sukses di ekonomi modern bukan karena apa yang mereka tahu, tetapi apa yang bisa mereka lakukan dengan apa yang mereka tahu.
Negara apa yang memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia?
5 negara di peringkat teratas PISA 2015:
- Singapura
- Jepang
- Estonia
- Taipei
- Finlandia
Selain itu, NJ MED merilis hasil Polling Pendidikan Nasional - disusun dari bermacam sumber data, di antaranya PISA - yang mengurutkan sistem pendidikan 209 negara untuk memperlihatkan bagaimana negara-negara menyiapkan generasi muda mereka untuk sistem ekonomi abad ke-21 yang berbasis pengetahuan dan global.
5 negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia versi NF MED 2017:
- Finlandia
- Jepang
- Korea Selatan
- Denmark
- Russia
Berdasarkan penilaian PISA, sistem pendidikan yang baik adalah ketika para murid mendapatkan nilai lebih tinggi di bidang ilmu pengetahuan alam serta punya keyakinan lebih kuat pada pentingnya pertanyaan saintifik dan lebih cenderung berekspektasi untuk bekerja di bidang pekerjaan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan alam. Hal ini bisa dicapai jika guru sering menjelaskan dan mendemonstrasikan ide-ide saintifik serta mendiskusikan pertanyaan murid.
Di Finlandia, anak-anak tidak dilatih dalam bidang akademik secara formal sebelum berusia 7 tahun. Sebelum usia itu, mereka belajar melalui bermain, lagu, dan percakapan. Sebagian besar anak berjalan kaki atau naik sepeda ke sekolah. Jam sekolah pendek dan pekerjaan rumah biasanya ringan.
Sekolah Finlandia juga memberi istirahat selama 15 menit per jam untuk aktivitas bermain di luar ruangan. Menurut mereka, udara segar, alam, dan aktivitas fisik yang dilakukan rutin adalah bagian dari pembelajaran.
Finlandia tidak membuang-buang waktu atau uang untuk ujian standardisasi berkualitas rendah. Sebaliknya, tiap hari anak-anak dinilai melalui observasi langsung dan quiz oleh para guru. Ketika belajar di kelas, anak-anak diperbolehkan sekali-sekali bersenang-senang, tertawa, dan melamun.
Suasana emosional dalam kelas di Finlandia hangat, aman, saling menghormati dan sangat suportif. Finlandia mempraktikkan wejangan budaya klasik: Biarkan anak-anak menjadi anak-anak. Tugas anak-anak adalah bermain. Cara terbaik bagi anak untuk belajar adalah dengan bermain.
Bagaimana sistem pendidikan di Indonesia?
Sebenarnya, Indonesia menginvestasikan banyak sumber daya di bidang pendidikan peringkat keempat dari 69 negara yang diurutkan oleh PISA. Pendidikan mendominasi pengeluaran sosial Indonesia dan 20 persen anggaran Indonesia dialokasikan di bidang pendidikan. Namun, ini bukan berarti semua sekolah di Indonesia memiliki semua yang mereka butuhkan karena sekolah di beberapa daerah masih belum difasilitasi dengan memadai.
Selain itu, persebaran guru di Indonesia tidak merata. Banyak sekali sekolah-sekolah terpencil yang kekurangan pengajar dan staf, namun sekolah-sekolah di kota-kota besar justru kelebihan pengajar. Pendistribusian dana bos sampai saat ini belum merata.
Sistem KBM atau Kegiatan Belajar Mengajar di Indonesia juga harus diperbaiki, mulai dari jam KBM, kurikulum, maupun peraturan sekolah perlu dikaji ulang demi peningkatan mutu pendidikan Indonesia.
Memang tidak mudah untuk melaksanakan itu semua, tetapi apabila dilaksanakan dengan perlahan dan konsisten, pastinya Indonesia akan memiliki pendidikan yang berkualitas.
Itu saja yang bisa saya katakan, kurang dan lebihnya mohon maaf. Tulis di kolom komentar apabila anda memiliki pendapat lain. Terima kasih.
Komentar
Posting Komentar